Sabtu, 31 Agustus 2013
‘Autis’ Gara-Gara Gadget
Dunia teknologi memang tidak pernah berhenti menyediakan pilihan-pilihan baru untuk gadget. Dari anak kecil sampai orang dewasa, semuanya tampaknya begitu ‘menyatu’ dengan berbagai jenis gadget, mulai dari handphone, tab, iPad, dan masih banyak lainnya. Memang sih, hasil produksi para ahli teknologi ini memang memberikan banyak dampak positif. Kita jadi lebih mudah mengakses beragam informasi dan ilmu, memudahkan terjalinnya komunikasi, memberi kemudahan dalam melakukan banyak hal, serta sederet keuntungan lainnya.
Tapi seperti juga hal-hal lain yang punya sisi positif dan negatif, begitu pula keberadaan dan perkembangan gadget ini. Saya sendiri termasuk yang tidak terlalu senang dengan satu dampak penggunaan gadget secara meluas; yaitu ‘autisme’. Ya, banyak artikel sudah banyak yang membahas tentang autisme karena gadget; yang artinya orang seolah-olah asyik dengan dunianya sendiri tanpa mempedulikan sekitar ketika mereka sedang memegang dan mengoperasikan gadget.
Main games, browsing, berselancar di jejaring sosial, dan chatting adalah empat aktivitas yang terbukti banyak mengambil waktu seseorang ketika menggunakan gadget miliknya. Alhasil, ketika mereka sedang berkumpul dengan teman, saudara, atau bahkan keluarga sementara aktivitas-aktivitas gadget terus berlangsung, yang terjadi adalah sedikitnya komunikasi yang terjalin. Masing-masing malah sibuk dengan gadget sendiri-sendiri.
Saya mengamati bahwa gejala semacam ini sudah dialami oleh mereka yang masih berusia belia. Anak-anak SD atau lebih muda yang telah dikenalkan dengan Blackberry dan ponsel cerdas sejenis, iPod, iPad, tablet, dan sejenisnya; akan lebih suka menghabiskan waktu tidur-tiduran, duduk di kursi menikmati sajian dari gadgetnya. Mereka menjadi kurang tertarik untuk bermain dengan saudara/teman sebayanya.
Kondisi lebih menyebalkan bisa terlihat saat sekelompok remaja atau orang dewasa berkumpul -- saya juga pernah mengalami yang seperti ini—banyak yang tidak terlalu masuk dalam forum karena mereka lebih sering menengok handphone atau gadget di tangan: membaca komen teman di media sosial, membalas chatting, dan sebagainya.
Dengan kata lain, ponsel pintar dan teman-temannya berhasil center of attention para pemiliknya. Menurut saya, autisme gara-gara gadget ini nggak banget.
Sumber: http://www.ceritamu.com/cerita/Autis-Gara-Gara-Gadget
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar